Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan
mycobacterium bovis. Cara penularannya biasanya melalui udara, hinggasebagian besar fokus
primer tuberkulosis terdapat dalam paru, dan dapat juga terjadi melalui
kontak langsung dari luka atau
lecet di kulit.
Faktor Resiko Penyakit :
Anak yang kontak dengan orang dewasa TB aktif/sputum BTA, daerah endemis kemiskinan/lingkunan yang
tidak sehat bayi
dengan ibu menderita TBC batuk
produktif dan kuat.
Faktor Resiko Penyakit :
1. Usia, ≤
5 tahun ( imunitas
seluler belum berkembang sempurna)
2.
Malnutrisi
3. Keadaan
immunokompromais ( HIV, Keganasan, immunosupresi )
4.
Penyakit Diabetes
Mellitus, Gagal Ginjal Kronik
5. Multi
– Drug Resistance ( MDR )
PATOGENESIS
Masuknya basil tuberkulosis dalam tubuh
tidak selalu menimbulkan penyakit.Terjadinya infeksi
dipengaruhi oleh virulensi dan
banyaknya basil tuberkulosis
Serta daya tahan tubuh manusia.
1. Infeksi primer 95,93%
terjadi dalam paru. Basil tuberkulosis masuk
kedalam paru melalui udara dan dengan masuknya basil tuberkulosis maka terjadi
eksudasi dan konsolidasi yang terbatas dan disebut fokus primer/ghon
fokus
2.
Basil tuberkulosis akan menyebar dengan cepat
melalui saluran getah bening menuju kelenjar regional yang kemudian akan mengadakan reaksi eksudasi. Fokus primer,
limfangitis, dan kelenjar getah bening regional yang membesar, membentuk kompleks primer/ghon kompleks
3.
Kompleks primer
terjadi 2-10 minggu (6-8 minggu) setelah infeksi. Bersamaan dengan terbentuknya
kompleks
primer terjadi reaksi hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yang dapatdiketahui dari uji
tuberkulin. Umumnya kelainan dapat berbentuk :
a.
Lesi paru pada anak dapat
terjadi di seluruh lapangan paru dengan predileksi terutama pada daerah
perifer lapangan paru bawah.
b.
Pembesaran kelenjar
regional lebih banyak terjadi pada anak dibanding orang dewasa.
c.
Jaringan parenkim maupun
kelenjar limfe cenderung menyembuh dengan kalsifikasisedangkan pada dewasa
fibrosis.
d.
Penyebaran hematogen pada
anak lebih sering terjadi sehingga TBC milier maupun meningitis TB lebih banyak dijumpai pada anak
balita.Tuberkulosis primer cenderung sembuh
sendiri, tetapi sebagian akan menyebar lebih lanjut dan menyebabkan komplikasi.
Basil tuberkulosis dapat meluas dalam jaringan paru sendiriataupun menyebar
secara hematogen dan limfogen
4. Secara
hematogen, dapat mencapai alat tubuh
lain seperti selaput otak, otak, tulang, hati, ginjal, dll. Sebagian besar
komplikasituberkulosis primer terjadi dalam 12 bulan setelah terjadinya
penyakit.
KLASIFIKASI
Klasifikasi dari tuberkulosis adalah :
1. Tuberkulosis
primer merupakan infeksi pertama dari tuberkulosis
2.
Tuberkulosis
subprimer merupakan komplikasi tuberkulosis primer
3.
Tuberkulosis pasca primer merupakan reinfeksi yang dapat terjadi endogen
daneksogen setelah infeksi primer sembuh.
4.
Klasifikasi sekarang :
a.
Tuberkulosis primer yang merupakan kompleks
primer serta komplikasinya
b.
Tuberculosis pasca
primer
GEJALA KLINIK
Gejala tidak khas masuknya kuman melalui pernafasan semula pada
dewasa ke anak tidak dari anak ke anak.
Stadium permulaan TBC primer biasanya jarang ditemukan secara klinik karena penyakit
dimulai secara perlahan-lahan bahkan kadang tanpa keluhan atau gejala. Pada anamnesa didapatkan riwayat kontak
dengan penderita paru dewasa dan riwayat imunisasi BCG.
1. Batuk, batuk terjadi karena adanya iritasi
pada bronkus yang diawali dengan batuk kering ( non produktif )
kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif.
2.
Demam, demam subfebril, hilang
timbul selama ± 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek.
3.
Sesak nafas, sesak nafas baru
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut.
4.
Nyeri dada, jarang
ditemukan. Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
5. Malaise, gejala ini sering ditemukan
seperti : anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makinkurus (BB turun), sakit
kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll. Gejala ini hilang
timbul dan makin lama
makin berat.
DIAGNOSA
Diagnosis pasti dari TBC yaitu bila ditemukan kuman M.
Tuberculosis pada sputum, bilasan cairan lambung, cairan pleura, LCS,
cairan ascites, dan biopsi. Pemeriksaan kuman BTA
pada anak yang diperoleh dari bahan-bahan seperti sputum, bilasan cairan lambung, cairan pleura, LCS,
cairan ascites, dan biopsi sangatlah sulit dan jarang didapat, sehingga sebagian besar diagnosis didasarkan atas gambaran klinis,radiologis dan uji tuberculin.
Petunjuk WHO untuk
diagnosis tuberkulosis anak :
a. Dicurigai TBC
b.
Anak sakit dengan riwayat
kontak penderita TBC dengan diagnosa pasti
c. Anak dengan : keadaan
klinis tidak membaik, setelah menderita campak atau batuk rejan
Penatalaksanaan TBC Paru
1. Pemberian O2 1-2 L/menit saat hari pertama dan kedua sudah tepat untuk
menangani gejala sesak nafas yang timbul.
2.
Pemberian IVFD RL sebanyak
30 tetes/menit kurang tepat. Seharusnya IVFD RL diberikan sebanyak (500x15)/ (24x60) = 5 tetes / menit (makro)
atau 15 tetes/menit (mikro).
3.
Pemberian antibiotik
broadspectrum. Biasanya diberikan sebelum diagnose ditegakkan karena sebelum
diagnose ditegakkan kita mendiagnosa bronchopneumonia akibat bakteri
nonspesifik.
4.
Pemberian Aminofilin. Aminofilin merupakan obat golongan
xantin yang digunakan sebagai pelega
pernapasan dan melebarkan saluran pernapasan. Dosis aminofilin untuk
anak sebagai initial yaitu 4-6
mg/kgBB/kali yang dilarutkan dalam 20 cc dekstrosa
atau NaCl 0,9 %selama 30 menit yang kemudian dilanjutkan
sebagai maintenance sebanyak 0,5 – 1mg/kgBB/jam, 3-4 kali sehari. Sediaan aminofilin
dalam bentuk ampul 24 mg/mL, 1ampul berisi
10mL.
5.
Pemberian Mukolitik. Mukolitik drops atau ambroxol
HCl merupakan suatumukolitik. Mukolitik digunakan untuk
mengencerkan mucus yang ada dalam saluran nafas penderita.
6.
Pemberian paracetamol sebagai
penanganan demam yang dialamioleh pasien pada hari pertama dan kedua. Namun,
pemberian paracetamol untuk hariselanjutnya
kurang tepat karena pasien sudah tidak demam. Paracetamol boleh tetapdiresepkan
namun sebaiknya hanya dipergunakan jika pasien mengalami demam.
7. Pemberian INH 50 mg,
sebanyak 1 kali sehari bersama dengan B6 ¼ tablet sebanyak 1 kali sehari
kurang tepat. Pemberian yang hanya berupa INH diberikan jika penderitamasuk ke
dalam kategori TB Paru I atau II sebagai profilaksis yang diberikan selama3-6 bulan pada kategori I dan 6-9 bulan pada
kategori II.
Prognosis
Prognosis baik
bila,
- Gambaran klinis selama perawatan pasien membaik, terlihat dari berkurangnya keluhan secara berangsur-angsur.
- Demam sudah menghilang,
- Berat badan sudah mulai meningkat.
- Apabila penderita berobat
secara teratur dan tidak ada periode putus
obat selama pengobatan, maka TB paru ini dapat mengalami remisi sempurna
tanpa meninggalkan gejala sisa.
respon imun tubuh terhadap Tb Phagocytosis and immune recognition of M. tuberculosis. Various receptors have been identified for phagocytosis of M. Tuberculosis (MTB) by macrophages and dendritic cells: complement receptors are primarily responsible for uptake of opsonized M. tuberculosis; MRs and scavenger receptors for uptake of nonopsonized M. tuberculosis. TLRs play a central role in immune recognition of M. tuberculosis. In the context of CD14, TLR2 binds lipo_arabino_mannan (LAM), a heterodimer of TLR2 and TLR6 binds a 19-kDa M. tuberculosis lipoprotein, TLR4 binds to an undefined heat-labile cell-associated factor, and (possibly) TLR9 binds to M. tuberculosis DNA. After binding to TLRs, common signalling pathways lead to cell activation and cytokine production. TLRs are expressed not only at the cell surface but also in phagosomes; therefore, immune activation may occur with or without phagocytosis. On the other hand, phagocytosis alone probably does not lead to immune activation without the involvement of TLRs. -
Masa inkubasi:} Sejak masuknya kuman TB hingga terbentuk kompleks primer 4-8 minggu} Kuman masuk à makrofag tidak mampu menghancurkan à replikasi di makrofag à koloni kuman di jar paru (fokus primer)} Fokus primer à menyebar ke kelenjar limfe à kompleks primer (fokus primer, limfadenitis, limfangitis)PENGOBATAN TUBERKULOSISPengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan.A. OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)Obat yang dipakai:1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah· Rifampisin· INH· Pirazinamid· Streptomisin· Etambutol2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)· Kanamisin· Amikasin· KuinolonB. PADUAN OBAT ANTI TUBERKULOSISPengobatan tuberkulosis dibagi menjadi:· TB paru (kasus baru), BTA positif atau pada foto toraks: lesi luasPaduan obat yang dianjurkan : 2 RHZE / 4 RH atau : 2 RHZE / 4R3H3 atau 2 RHZE/ 6HEPaduan ini dianjurkan untuka. TB paru BTA (+), kasus barub. TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologik lesi luas (termasuk luluh paru)Pada evaluasi hasil akhir pengobatan, bila dipertimbangkan untuk memperpanjang fase lanjutan, dapat diberikan lebih lama dari waktu yang ditentukan. (Bila perlu dapat dirujuk ke ahli paru). Bila ada fasilitas biakan dan uji resistensi, pengobatan disesuaikan dengan hasil uji resistensi· TB Paru (kasus baru), BTA negatif, pada foto thoraks : lesi minimalPaduan obat yang dianjurkan : 2 RHZ / 4 RH atau 2 RHZ/ 4R3H3 atau 6 RHE· TB paru kasus kambuhPada TB paru kasus kambuh menggunakan 5 macam OAT pada fase intensif selama 3 bulan (bila ada hasil uji resistensi dapat diberikan obat sesuai hasil uji resistensi). Lama pengobatan fase lanjutan 5 bulan atau lebih, sehingga paduan obat yang diberikan : 2 RHZES / 1 RHZE / 5 RHE. Bila diperlukan pengobatan dapat diberikan lebih lama tergantung dari perkembangan penyakit. Bila tidak ada / tidak dilakukan uji resistensi, maka alternatif diberikan paduan obat : 2 RHZES/1 RHZE/5 R3H3E3 (P2 TB).· TB Paru kasus gagal pengobatanPengobatan sebaiknya berdasarkan hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 5 OAT (minimal 3 OAT yang masih sensitif), seandainya H resisten tetap diberikan. Lama pengobatan minimal selama 1 - 2 tahun.Sambil menunggu hasil uji resistensi dapat diberikan obat 2 RHZES, untuk kemudian dilanjutkan sesuai uji resistensi- Bila tidak ada / tidak dilakukan uji resistensi, maka alternatif diberikan paduan obat : 2 RHZES/1 RHZE/5 H3R3E3 (P2TB)- Dapat pula dipertimbangkan tindakan bedah untuk mendapatkan hasil yang optimal- Sebaiknya kasus gagal pengobatan dirujuk ke ahli paru· TB Paru kasus putus berobatPasien TB paru kasus lalai berobat, akan dimulai pengobatan kembali sesuai dengan kriteria sebagai berikut :- Pasien yang menghentikan pengobatannya < 2 bulan, OAT dilanjutkan sesuai jadual- Pasien menghentikan pengobatannya ³ 2 bulan :1) Berobat ³ 4 bulan, BTA saat ini negatif, klinik dan radiologik tidak aktif / perbaikan, pengobatan OAT STOP. Bila gambaran radiologik aktif, lakukan analisis lebih lanjut untuk memastikan diagnosis TB dengan mempertimbangkan juga kemungkinan penyakit paru lain. Bila terbukti TB maka pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama. Jika telah diobati dengan kategori II maka pengobatan kategori II diulang dari awal.2) Berobat > 4 bulan, BTA saat ini positif : pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama. Jika telah diobati dengan kategori II maka pengobatan kategori II diulang dari awal.3) Berobat < 4 bulan, BTA saat ini positif atau negatif dengan klinik dan radiologik positif: pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang sama Jika memungkinkan sebaiknya diperiksa uji kepekaan (kultur resistensi) terhadap OAT.· TB Paru kasus kronik- Pengobatan TB paru kasus kronik, jika belum ada hasil uji resistensi, berikan RHZES. Jika telah ada hasil uji resistensi, sesuaikan dengan hasil uji resistensi (minimal terdapat 3 macam OAT yang masih sensitif dengan H tetap diberikan walaupun resisten) ditambah dengan obat lini 2 seperti kuinolon, betalaktam, makrolid- Jika tidak mampu dapat diberikan INH seumur hidup- Pertimbangkan pembedahan untuk meningkatkan kemungkinan penyembuhan- Kasus TB paru kronik perlu dirujuk ke ahli paruC. PENGOBATAN SUPORTIF / SIMPTOMATIKPada pengobatan pasien TB perlu diperhatikan keadaan klinisnya. Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat, pasien dapat dibeikan rawat jalan. Selain OAT kadang perlu pengobatan tambahan atau suportif/simtomatik untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau mengatasi gejala/keluhan.1. Pasien rawat jalana. Makan makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin tambahan (pada prinsipnya tidak ada larangan makanan untuk pasien tuberkulosis, kecuali untuk penyakit komorbidnya)b. Bila demam dapat diberikan obat penurun panas/demamc. Bila perlu dapat diberikan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak napas atau keluhan lain.2. Pasien rawat inapIndikasi rawat inap :TB paru disertai keadaan/komplikasi sbb :- Batuk darah (profus)- Keadaan umum buruk- Pneumotoraks- Empiema- Efusi pleura masif / bilateral- Sesak napas berat (bukan karena efusi pleura)TB di luar paru yang mengancam jiwa :- TB paru milier- Meningitis TBPengobatan suportif/simtomatik yang diberikan sesuai dengan keadaan klinis dan indikasi rawatD. TERAPI PEMBEDAHANIndikasi operasi
- Indikasi mutlak
a. Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetetapi dahak tetap positifb. Pasien batuk darah yang masif tidak dapat diatasi dengan cara konservatifc. Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi secara konservatif- lndikasi relatif
a. Pasien dengan dahak negatif dengan batuk darah berulangb. Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhanc. Sisa kaviti yang menetap.Tindakan Invasif (Selain Pembedahan)· Bronkoskopi· Punksi pleura· Pemasangan WSD (Water Sealed Drainage)Kriteria Sembuh· BTA mikroskopik negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir pengobatan) dan telah mendapatkan· pengobatan yang adekuat· Pada foto toraks, gambaran radiologik serial tetap sama/ perbaikan· Bila ada fasiliti biakan, maka kriteria ditambah biakan negatifE. EVALUASI PENGOBATANEvaluasi pasien meliputi evaluasi klinik, bakteriologik, radiologik, dan efek samping obat, serta evaluasi keteraturan berobat.Evaluasi klinik· Pasien dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama pengobatan selanjutnya setiap 1 bulan· Evaluasi : respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta ada tidaknya komplikasi penyakit.· Evaluasi klinik meliputi keluhan , berat badan, pemeriksaan fisik.Evaluasi bakteriologik (0 - 2 - 6/9 bulan pengobatan)· Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak· Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan mikroskopik- Sebelum pengobatan dimulai- Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif)- Pada akhir pengobatan· Bila ada fasiliti biakan : dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensiDAFTAR PUSTAKA1. Abbas AK, Lichtman AH, Pober JS. 2000. Cellular and Molecular Immunolgy. 4`th edition. WB Saunders Company. Philadelphia.2. Junquira L.C. and J Carneiro : Basic Histology. 3th ed. Lange Med. Publ. 1980.3. Parslow TG, Stites DP, Terr AI, et al. 1997. Medical Immunology. Tenth edition. Lange. McGraw-Hill companies. San Francisco.4. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberculosis di Indonesia. PDPI. 2002.5. WHO, Report of the expert consultation on immune therapeutic interventions for TBC. 2007. Geneva.